Minggu, 13 Juni 2021

Homili Minggu Biasa XI, 13 Juni 2021. Oleh: Pst Petrus Tinangon Pr

 


Tumbuh dalam Kreatifitas yang Subur

Markus 4: 26-34

Dari warna liturgi, pakain pastor kita tahu sudah masuk dalam Masa Biasa dalam kalender liturgi. Masa yang cukup lama sampai Masa Adven di Bulan Desember nanti. Relatif tidak ada hari-hari raya atau pesta gerejani lagi. Apa artinya biasa atau rutin. Masa Biasa bukan berarti tidak ada apa-apanya. Bukan  pula berarti tidak penting. Justru dalam hal yang rutin, yang biasa-biasa saja kita dapat menunjukan apakah kita punya ketekunan atau tidak. Apakah kita orang yang cuma ikut-ikut rame atau setia.

Ada ungkapan kalau Jumat Agung, ada perayaan gerejani yang besar, Kristus wafat, tetapi umat bangkit karena gereja penuh sesak bahkan meluap sampai di luar dan di jalan. Tetapi pada hari minggu Paskah kita merayakan kebangkitan Kristus, tetapi umat wafat. Atau juga ada uangkapan kita orang Katolik ‘napas’ Natal dan Paskah. Atau juga Katolik ‘panada’ Paskah, Natal dan lain-lain. Dan lain-lain itu katanya kalau ada pernihakan, Sambut Baru atau kedukaan kita baru menunjukan diri Katolik dengan masuk gereja. Dengan masa biasa-bisa kita membuktikan, apakah kita beriman sungguh atau tidak. Jadi masa biasa bukan berarti tidak ada apa-apanya. Dalam Injil hari ini Yesus mengisahkan perumpamaan tentang benih yang ditabur kemudian tumbuh biasa-biasa, pelan-pelan dan  tidak kelihatan. Tetapi bagaimana pun pertumbuhannya tergantung oleh si petani dan tanah yang menerimanya. Kalau tanahnya kurus, maka petaninya memberikan pupuk, kalau tanahnya kering maka petaninya menyiram, kemudian  rumput-rumput yang mengganggu pertumbuhan benih akan dicabut. Maka para murid Yesus dipanggil untuk memelihara dan  mengurus pertumbuhan benih cinta kasih mereka bagi  Tuhan dan sesama. Mereka diharapkan tidak berhenti mengasihi. Mereka harus yakin akan kebenaran ada jaminan akan penyertaan Tuhan dan bahwa mereka dikasihi Tuhan tanpa syarat di setiap saat.

Karena itu dalam profesi kita masing-masing yang bisa saja membawa kebosanan, kita dipanggil untuk terus kreatif, terus mengasihi. Memang relatif lebih gampang  menjadi pahlawan bila banyak yang menonton, banyak yang memberikan dukungan. Tetapi diperlukan orang yang bertekun ketika tak seorang pun memberi perhatian. Justru orang yang mempunyai kesetiaan yang kokoh dan  tegaslah yang menghasilkan. Orang-orang seperti Thomas Edison, Luis Pasteur, Piere Curie, Henry Ford dan lain-lain yang berpeluh menekuni pekerjaannya. Bahkan menempuh ratusan kesalahan, kegagalan, hinaan, kesepian yang memenangkan kejayaan yang tidak dikenal sebelumnya yang tak ternilai.

Dunia ini penuh dengan orang-orang kerdil yang  tidak bisa melakukan sesuatu tanpa penghargaan, tanpa honor. Orang yang setia melakukan sesuatu karena hal itu perlu dilakukan, bukan karena keberhasilan untuk dihargai orang lain, atau pun dilihat orang. Tidak seorang pun yang berhasil dalam hidup atau karier profesionalnya yang mencapai ketinggian tertentu, tanpa perjuangan berat. Tidak ada Santo atau Santa yang lurus jadi orang kudus tanpa penderitaan hidup yang panjang. Orang-orang besar yang mencapai keberhasilan karena melalui tantangan hidup yang besar. Begitu pula dengan gereja yang menjadi besar karena pernah dicampakan, gugur di tanah, bertumbah dan mendapat siraman air, perhatian, barulah kemudian membuahkan banyak hal dalam hidup.

Dalam masa biasa ini pantaslah kita mengucap syukur pada Tuhan atas pangilan Nya pada kita agar merubah dunia di sekitar, melalui aktifitas harian kita dengan penuh intusiasme, penuh hasrat dan kasih. Masa biasa akan indah kalau kita menjalaninya dengan iman.

Yesus dalam berbicara tentang pekerjaan petani. Kita tidak perlu menjadi petani profesional untuk mengakui bahwa pertumbuahan itu sebuah proses yang berangsur-angsur. Proses yang berasal dari benih kecil yang ditanam di tanah dan  butuh waktu lama untuk pemeliharaan penuh perhatian, butuh kesabaran agar benih ini bisa tumbuh subur dan akhirnya menghasilka buah-buah melimpah.

Bacaan hari ini juga membicarakan soal pertumbuhan. Tetapi bukanlah pertumbuhan fisik melainkan rohani. Pohon sesawi mengingatkan kita akan pentingnya suatu kebenaran  menyangkut hidup kristiani. Benih kehidupan ilahi dalam diri kita bertumbuh perlahan-lahan dan tidak kelihatan. Sebagaimana kita tidak  bisa mempercepat pertumbuhan benih di tanah, demikian pun kita tidak dapat mempercepat pertumbuhan benih ilahi dalam hati kita. Menuju kesempurnaan itu memang lambat, membuat kita bisa frustasi dan patah semangat. Banyak dari kita resah bahwa bertahun-tahun berjuang dengan hidup kristiani ternyata kita tidak lebih  dekat dengan Tuhan. Tampaknya tidak ada  kemajuan dalam  pengatasi kelemahan-kelemahan dalam hidup kita. Dosa-dosa itu juga yang berulang muncul yang  menghambat langka maju kita menuju kesempurnaan. Penuh ketekunan, kesabaran dan pengharapan yang tak kenal batas merupakan kebajikan yang kita butuhkan untuk berkembang. Betapa kita muda lupa bahwa Allah selalu mengganjari usaha, kesanggupan kita untuk terus mencoba, bukan kehebatan. Kita gagal meginsyafi bahwa rahmat Nya dapat bekerja melalui kelemahan manusiawi, keterbatasan kita dan dapat mewujudkan lebih dari apa yang kita impikan. Kita tidak dapat mengukurnya, tetapi merasa pasti bahwa hal itu akan terjadi asalkan kita memainkan peranan kita dan berniat sungguh-sungguh menyenangkan Tuhan.
Hijau merupakan warna khusus masa biasa. Warna ini kelihatan  tidak menarik. Tetapi warna ini mengingatkan akan masa subur ketika dedaunan dan pohon menghijau di hari biasa yang bisa saja membosankan. Ada ungkapan  hijau royo-royo, tetapi kalau telor akan jadi hijau loyo-loyo. Mari kita terus tumbuh dalam kreatifitas yang subur, terus mengasihi dan memberi. Mari kita tetap mau memulai lagi dengan  penuh kerendahan hati seperti sesawi yang kecil. Biarkan Allah menentukan bagaimana akan tumbuh. Apa yang dikatakan biasa tidak akan jadi biasa-biasa saja melainkan luar biasa.(Tim KOMSOS Paroki Bunda Teresa Calcutta, GPI)              

Minggu, 23 Mei 2021

Dilantik Uskup Untu, DKP dan DPP Bunda Teresa GPI Diminta Tulus Melayani

 


 

Pengurus Dewan Keuangan Paroki (DKP) dan Dewan Pastoral Paroki (DPP) Paroki Bunda Teresa dari Calcutta, Griya Paniki Indah (GPI) dilantik Uskup Keuskupan Manado Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu, MSC melantik pada perayaan ekaristi Hari Raya Pentakosta, Minggu (23/05/2021).

Uskup berpesan pada pengurus DKP dan DPP yang baru dilantik untuk lebih semangat melayani dan mewartakan kasih Kristus dengan rela, tulus hati dan  rendah hati. “Bersemangat melayani, mewartakan dan menerangi serta terus berkembang hingga ke umat dan sekitarnya. Seperti juga Kristus datang untuk melayani bukan untuk dilayani. Proficia selemat bertugas dan selamat melayani,” tutur Uskup Untu.





 

Perayaan ekaristi Hari Raya Pentakosta tersebut dipimpin langsung oleh Uskup didampingi Pastor Paroki Bunda Teresa dari Calcutta, GPI, Pastor Petrus Tinangon Pr yang juga dilantik sebagai Ketua DKP dan Ketua DPP.

Sementara itu Pastor Paroki Petrus Tinangon Pr berharap agar pengurus yang telah dilantik itu memberi diri dan bersatu dalam pelayanan. “Terima kasih pada pengurus yang baru dilantik atas kerelaannya mau memberi diri dengan ketulusan menerima tugas ini. Memang berat tugas ini, karena anda tidak hidup dari tuas ini. Tugas ini bukan tugas politik tetapi ini pelayanan kepada Tuhan dan  demi kesejahteraan sesama manusia. Sebagaimana dalam misa ini Roh Kudus adalah kreatif bukan statis maka diharapkan DKP dan DPP juga kreatif dalam masa Covid-19 ini,” tutur Pastor Tinangon.(tim Komsos Paroki Bunda Teresa, GPI)

Rabu, 19 Mei 2021

Behind The Scene


 

PAROKI BUNDA TERESA DARI CALCUTTA, GRIYA PANIKI INDAH (GPI) MANADO

 

Paroki Santa Teresa dari Kalkuta, Griya Paniki Indah, Manado berganti nama menjadi Paroki Bunda Teresa dari Calcutta sesuai surat keputusan (SK) Uskup Manado Mgr  Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC nomor 17/U/SK/II/2021 yang ditandatangani tanggal 16 Februari 2021 dan berlaku sejak 21 Februari 2021.    

Gereja Katolik Paroki Bunda Teresa dari Calcutta,  Griya Paniki Indah, Manado dibangun sebagai kerinduan umat katolik di dalam Perumahan Griya Paniki Indah (GPI), yang terletak di Kelurahan Buha, Kecamatan Paniki, Kota Manado, Sulawesi Utara dan  sekitarnya. 

Diawali pada Minggu 13 Maret 2016 Bapa Uskup Manado saat itu Mgr. Yosep Suwatan MSC, didampingi Pastor Paroki kala itu, Pst. Paulus Joutje Palit Pr, meletakan batu pertama pembangunan di atas tanah milik Keluarga Sumeisey-Nicolaas dan Keluarga Pesoth-Sumeisey, selaku Developer Perumahan Griya Paniki Indah yang telah menghibahkan tanahnya seluas +/- 5,000 m untuk digunakan sebagai lahan pembangunan Gereja Katolik di bawah Paroki Yesus Gembala Baik, Paniki. 

Minggu, 26 November 2017, meski masih dalam progress 90% penyelesaian pembangunan fisik Gereja, namun atas inisiatif Pastor Paroki Yesus Gembala Baik, Paniki saat itu Pst. Frediangko Samudia Pr, untuk pertama kalinya digunakan sebagai tempat penyelenggaraan Misa Pesta Kristus Raja se-Kevikepan Manado yang dipimpin langsung oleh Bapa Uskup Mgr. Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC dan dihadiri oleh sekitar 1500 umat dari berbagai Paroki se-Kevikepan Manado.

Kemudian setelah kurang lebih dua tahun dibangun, Jumat 6 April 2018, Bapa Uskup Manado, Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC memberkati gereja tersebut dan bersama Gubernur Sulut, Bpk. Olly Dondokambey SE dan Ibu Rita Dondokambey Tamuntuan meresmikannya sebagai Gereja Stasi Santa Teresa dari Kalkuta GPI sebagai bagian Paroki Yesus Gembala Baik, Paniki.

Selanjutnya Rabu, 25 November 2020, Bapak. Wolf F Sumeisey menyerahkan 3 berkas sertifikat tanah dimana gedung gereja berdiri kepada Bapa Uskup Keuskupan Manado, Mgr. Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC.

Minggu, 21 Februari 2021, di tengah masa pandemi Covid-19,  Bapa Uskup Keuskupan Manado, Mgr Benedictus E Rolly Untu MSC didampingi Pastor Paroki Yesus Gembala Baik Paniki, Pst. Aloysius Wilar Pr dan Pastor Paroki baru, Pst. Piet Petrus Tinangon Pr serta beberapa pastores Keuskupan Manado, memekarkan sekaligus meresmikan Paroki baru yakni Paroki Bunda Teresa Dari Calcutta, Griya Paniki Indah, Manado yang mencakup Stasi St. Petrus Mapanget Barat (3 wilayah rohani) dan Stasi St. Carolus Boromeus Kima Atas (2 wilayah rohani). Pusat paroki memiliki 12 wilayah rohani (WR) yang terdiri dari WR Santo Ambrosius, WR Santo Thomas Becket, WR Santo Yohanes Rasul dan Penginjil, WR Santa Maria Ratu Rosari, WR Santa Elisabeth, WR Santa Ursula, WR Santo Fidelis Sigmaringen, WR Santo Athanasius, WR Santa Lidwina, WR Santo Valentinus, WR Santo Mikael dan WR Santa Maria Ratu Pencinta Damai. Stasi Santo Petrus Mapanget Barat memiliki tiga Wilayah Rohani yakni WR Santa Perpetua, WR Santa Angela Merici dan WR Santo Antonius dari Padua. Sedangkan Stasi Santo Carolus Boromeus, Kima Atas memiliki dua Wilayah Rohani yakni WR Santo Yohanes Maria Vianney dan WR Santo Paskalis Baylon. Sehingga total Paroki Bunda Teresa dari Calcutta GPI, Griya Paniki Indah (GPI) Manado memiliki 17 wilayah rohani.(tim KOMSOS Paroki Bunda Teresa dari Calcutta, GPI.)

 

 

Minggu, 16 Mei 2021

Uskup Untu: Jadilah Komunikator Iman dan Kebenaran

 

Uskup Manado Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC mengajak seksi Komunikasi Sosialisasi (Komsos) se-keuskupan menjadi komunikator iman dan dan komunikator kebenaran. Hal itu diungkapkan Uskup dalam Family Gathering Harin Komsos se-Dunia ke 55, Minggu (16/05/2021) kemarin di Gereja Paroki Antonius de Padua, Tataaran, Minahasa.

 

 

Kegiatan family gathering ini diawali dengan perayaan ekaristi yang dipimpin Uskup. Dalam homilinya, Uskup menekankan soal tema Hari Komsos Sedunia ke 55 sebagaimana pesan Bapa Suci Paus Fransiskus.

“Datang dan lihatlah menjadi tema tetapi sekaligus merupakan ajakan bagi kita semua sebagai Komsos di paroki-paroki untuk berani turun ke jalan menghabiskan sol sepatu melihat langsung banyak peristiwa yang terjadi dan  dari sinilah kita bisa mewartakan cinta Tuhan kepada sesama sebagi bagian dari tugas pelayanan kita,” tutur Uskup Untu.


 

Dalam family gathering Uskup mengingatkan teman Hari Komsos sedunia tahun 2021 ini relevan dengan tugas pewartaan kemudian merebaknya informasi hoax dan berita bohong.

"Paus Fransiskus mengingatkan para penggiat komunikasi sosial untuk selalu turun ke jalan, untuk mendapat informasi yang benar, terverifikasi dan tidak menyebar hoax," ungkap Uskup. 

Uskup berharap Komsos berharap untuk berani menjadi komunikator iman dan kebenaran.

"Jadilah komunikator iman dan komunikator kebenaran," tutur Uskup seraya berharap Komsos terus bersemangat mewartawan kabar gerejawi.


 



Sekretaris Eksekutif Komsos KWI Pst. Steven Lalu, Pr melalui Zoom Meeting mengungkapkan perjumpaan adalah otentik dan  lebih kuat dari hanya mendengarkan saja. “Semangat melayani umat adalah hal terpenting. Melayani sungguh-sungguh dengan semangat renda hati,” ungkap Uskup.

Sementara itu Koordinator Komsos Keuskupan  Pastor I Made Pantyasa mengungkapkan Hari Komunikasi Sedunia diperingati setiap tahun bukan  sekedar rutinitas, tetapi mengingat pentingnya komunikasi dalam gereja dan  pewartaan gereja. “Kegiatan ini untuk menghimpun komsos paroki sekeuskupan Manado untuk saling mengenal dan  menjalankan peran  sebagai komunikator mewartakan iman cinta kasih Tuhan,” tutur Pastor Made.

Pada kesempatan itu Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Manado Fransiskus Talokon memberikan  materi metode penulisan berita. Sementara Pastor Paroki Antonius de Padua Tataaran Pastor Troyani Kalengkongan, Pr membangi pengalaman dalam mengelolah dan  pengembangkan Komsos serta memotifasi Komsos paroki-paroki seKeuskupan Manado.

Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Komsos dari 24 Paroki yang ada di Keuskupan Manado, dan beberapa paroki yang hadir secara virtual melalui zoom meeting.(tim Komsos Bunda Teresa GPI)