Tumbuh dalam Kreatifitas yang Subur
Markus 4: 26-34
Dari warna liturgi, pakain pastor kita tahu sudah masuk dalam Masa Biasa dalam kalender liturgi. Masa yang cukup lama sampai Masa Adven di Bulan Desember nanti. Relatif tidak ada hari-hari raya atau pesta gerejani lagi. Apa artinya biasa atau rutin. Masa Biasa bukan berarti tidak ada apa-apanya. Bukan pula berarti tidak penting. Justru dalam hal yang rutin, yang biasa-biasa saja kita dapat menunjukan apakah kita punya ketekunan atau tidak. Apakah kita orang yang cuma ikut-ikut rame atau setia.
Ada ungkapan kalau Jumat Agung, ada perayaan gerejani yang besar, Kristus wafat, tetapi umat bangkit karena gereja penuh sesak bahkan meluap sampai di luar dan di jalan. Tetapi pada hari minggu Paskah kita merayakan kebangkitan Kristus, tetapi umat wafat. Atau juga ada uangkapan kita orang Katolik ‘napas’ Natal dan Paskah. Atau juga Katolik ‘panada’ Paskah, Natal dan lain-lain. Dan lain-lain itu katanya kalau ada pernihakan, Sambut Baru atau kedukaan kita baru menunjukan diri Katolik dengan masuk gereja. Dengan masa biasa-bisa kita membuktikan, apakah kita beriman sungguh atau tidak. Jadi masa biasa bukan berarti tidak ada apa-apanya. Dalam Injil hari ini Yesus mengisahkan perumpamaan tentang benih yang ditabur kemudian tumbuh biasa-biasa, pelan-pelan dan tidak kelihatan. Tetapi bagaimana pun pertumbuhannya tergantung oleh si petani dan tanah yang menerimanya. Kalau tanahnya kurus, maka petaninya memberikan pupuk, kalau tanahnya kering maka petaninya menyiram, kemudian rumput-rumput yang mengganggu pertumbuhan benih akan dicabut. Maka para murid Yesus dipanggil untuk memelihara dan mengurus pertumbuhan benih cinta kasih mereka bagi Tuhan dan sesama. Mereka diharapkan tidak berhenti mengasihi. Mereka harus yakin akan kebenaran ada jaminan akan penyertaan Tuhan dan bahwa mereka dikasihi Tuhan tanpa syarat di setiap saat.
Karena itu dalam profesi kita masing-masing yang bisa saja membawa kebosanan, kita dipanggil untuk terus kreatif, terus mengasihi. Memang relatif lebih gampang menjadi pahlawan bila banyak yang menonton, banyak yang memberikan dukungan. Tetapi diperlukan orang yang bertekun ketika tak seorang pun memberi perhatian. Justru orang yang mempunyai kesetiaan yang kokoh dan tegaslah yang menghasilkan. Orang-orang seperti Thomas Edison, Luis Pasteur, Piere Curie, Henry Ford dan lain-lain yang berpeluh menekuni pekerjaannya. Bahkan menempuh ratusan kesalahan, kegagalan, hinaan, kesepian yang memenangkan kejayaan yang tidak dikenal sebelumnya yang tak ternilai.
Dunia ini penuh dengan orang-orang kerdil yang tidak bisa melakukan sesuatu tanpa penghargaan, tanpa honor. Orang yang setia melakukan sesuatu karena hal itu perlu dilakukan, bukan karena keberhasilan untuk dihargai orang lain, atau pun dilihat orang. Tidak seorang pun yang berhasil dalam hidup atau karier profesionalnya yang mencapai ketinggian tertentu, tanpa perjuangan berat. Tidak ada Santo atau Santa yang lurus jadi orang kudus tanpa penderitaan hidup yang panjang. Orang-orang besar yang mencapai keberhasilan karena melalui tantangan hidup yang besar. Begitu pula dengan gereja yang menjadi besar karena pernah dicampakan, gugur di tanah, bertumbah dan mendapat siraman air, perhatian, barulah kemudian membuahkan banyak hal dalam hidup.
Dalam masa biasa ini pantaslah kita mengucap syukur pada Tuhan atas pangilan Nya pada kita agar merubah dunia di sekitar, melalui aktifitas harian kita dengan penuh intusiasme, penuh hasrat dan kasih. Masa biasa akan indah kalau kita menjalaninya dengan iman.
Yesus dalam berbicara tentang pekerjaan petani. Kita tidak perlu menjadi petani profesional untuk mengakui bahwa pertumbuahan itu sebuah proses yang berangsur-angsur. Proses yang berasal dari benih kecil yang ditanam di tanah dan butuh waktu lama untuk pemeliharaan penuh perhatian, butuh kesabaran agar benih ini bisa tumbuh subur dan akhirnya menghasilka buah-buah melimpah.
Bacaan hari ini juga membicarakan soal pertumbuhan. Tetapi bukanlah pertumbuhan fisik melainkan rohani. Pohon sesawi mengingatkan kita akan pentingnya suatu kebenaran menyangkut hidup kristiani. Benih kehidupan ilahi dalam diri kita bertumbuh perlahan-lahan dan tidak kelihatan. Sebagaimana kita tidak bisa mempercepat pertumbuhan benih di tanah, demikian pun kita tidak dapat mempercepat pertumbuhan benih ilahi dalam hati kita. Menuju kesempurnaan itu memang lambat, membuat kita bisa frustasi dan patah semangat. Banyak dari kita resah bahwa bertahun-tahun berjuang dengan hidup kristiani ternyata kita tidak lebih dekat dengan Tuhan. Tampaknya tidak ada kemajuan dalam pengatasi kelemahan-kelemahan dalam hidup kita. Dosa-dosa itu juga yang berulang muncul yang menghambat langka maju kita menuju kesempurnaan. Penuh ketekunan, kesabaran dan pengharapan yang tak kenal batas merupakan kebajikan yang kita butuhkan untuk berkembang. Betapa kita muda lupa bahwa Allah selalu mengganjari usaha, kesanggupan kita untuk terus mencoba, bukan kehebatan. Kita gagal meginsyafi bahwa rahmat Nya dapat bekerja melalui kelemahan manusiawi, keterbatasan kita dan dapat mewujudkan lebih dari apa yang kita impikan. Kita tidak dapat mengukurnya, tetapi merasa pasti bahwa hal itu akan terjadi asalkan kita memainkan peranan kita dan berniat sungguh-sungguh menyenangkan Tuhan.
Hijau merupakan warna khusus masa biasa. Warna ini kelihatan tidak menarik. Tetapi warna ini mengingatkan akan masa subur ketika dedaunan dan pohon menghijau di hari biasa yang bisa saja membosankan. Ada ungkapan hijau royo-royo, tetapi kalau telor akan jadi hijau loyo-loyo. Mari kita terus tumbuh dalam kreatifitas yang subur, terus mengasihi dan memberi. Mari kita tetap mau memulai lagi dengan penuh kerendahan hati seperti sesawi yang kecil. Biarkan Allah menentukan bagaimana akan tumbuh. Apa yang dikatakan biasa tidak akan jadi biasa-biasa saja melainkan luar biasa.(Tim KOMSOS Paroki Bunda Teresa Calcutta, GPI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar