Selasa, 26 November 2024

Ketua Wilayah Rohani, Seksi Liturgi dan Katekese Ikuti Sosialisasi Panduan Masa Adven 2024

 


Para Ketua Wilayah Rohani bersama Seksi Liturgi dan Katekese Wilayah Rohani Paroki Bunda Teresa Dari Calcutta GPI mengikuti sosialisasi panduan Masa Adven 2024 di aula paroki, Rabu 27 November 2024.

Kegiatan sosialisasi tersebut dibuka langsung oleh Pastor Paroki Pst. Fransiscus Antonio Runtu Pr.

“Para ketua wilayah dan pengurus wilayah rohani menjadi ujung tombak Paroki. Minggu depan kita akan memasuki Masa Adven, banyak persiapan harus kita lakukan. Apalagi paroki kita ini menjadi pilot project, proyek percontohan untuk paroki-paroki baru,” papar Pastor yang akrab disapa Pastor Angki itu.

Materi sosialisasi yang disiapkan oleh tim Katekese yang diketuai Ginus Ugha dibawakan oleh Sales Tapobali. “Adven berasal dari kata bahasa Latin Adventus yang berarti kedatangan.Adven menunjuk pada persiapan perayaan kelahiran Yesus Kristus,” ungkap Tapobali.

Lanjutnya, ciri persiapannya berkenaan dengan penghayatan iman akan kedatangan Tuhan Yesus Kristus baik melalui aneka perayaan liturgis gerejani maupun berbagai askese dan kegiatan rohani pribadi dan kelompok.

“Adven dilihat sebagai masa persiapan untuk menyongsong masa Natal dalam konteks dekat dan dalam konteks jauh masa penantian kedatangan Tuhan di akhir zaman, eskatologis,” jelasnya.

Pada akhir sosialisasi itu pemateri memberikan kuis melalui aplikasi dan tiga orang yang nilainya tertinggi mendapat hadiah.(Roy) 


Sabtu, 23 November 2024

Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam Momen Refleksi Kebenaran dalam Iman dan Pilkada




Hari Raya Yesus Kristus Raja Semesta Alam pada Minggu, 24 November 2024, menjadi momen refleksi mendalam bagi umat Paroki Bunda Teresa dari Calcutta Griya Paniki Indah tentang kebenaran iman dan Pilkada. 

Misa yang dipimpin oleh Pastor Fransiscus Antonio Runtu Pr. mengangkat tema kebenaran dan keimanan sejati, sebagaimana diungkapkan dalam Bacaan Injil Yohanes 18:33-37.

Dalam homilinya, Pastor Fransiscus Antonio Runtu Pr menekankan bahwa perayaan ini bukan untuk memaksakan pengakuan bahwa Yesus adalah Raja, tetapi untuk mengajak umat memahami makna sejati kebenaran. "Yesus berharap mereka yang belajar menerima kebenaran akan mengakui Dia secara pribadi, bukan karena paksaan atau mengikuti arus," ujarnya.

Refleksi Bacaan Injil Yohanes 18:33-37 ini kemudian dikaitkan dengan fenomena Pilkada. Pastor Fransiscus mengingatkan bahwa sering kali orang membuat pilihan bukan berdasarkan keyakinan, tetapi mengikuti keramaian atau dorongan materi. “Seperti saat kampanye, banyak yang hadir di semua acara calon hanya untuk mendapatkan kaos atau sekadar ikut ramai. Padahal, pilihan itu seharusnya berasal dari hati, bukan sekadar pesta," tambahnya.

Pastor Angki juga menyoroti perbedaan mendasar antara "orang baik" dan "orang benar." Dalam kehidupan, orang baik sering diukur dari seberapa besar manfaat yang diberikan kepada kita. Namun, orang benar adalah mereka yang rela berkorban demi kebenaran, bahkan jika tindakannya tidak selalu menyenangkan kita. Hal ini, menurut Pastor Angki, mirip dengan pertanyaan yang harus dijawab dalam Pilkada: apakah kita memilih orang baik atau orang benar?

“Mengakui Kristus sebagai Raja Semesta Alam bukan ditunjukkan melalui arak-arakan atau ritual meriah, tetapi melalui tindakan nyata dalam hidup sehari-hari. Sama halnya dengan memilih pemimpin. Pilihan kita harus berdasarkan nilai kebenaran, bukan hanya keuntungan sesaat,” tegasnya.

Pastor Fransiscus juga mengingatkan agar umat tidak terjebak dalam godaan "serangan fajar" yang bisa merusak nilai kebenaran. "Kristus memberikan teladan universal, yaitu mengorbankan segalanya, bahkan nyawanya, demi kebenaran dan kesejahteraan orang lain," tutup Pastor Angki.

Dengan pesan ini, Hari Raya Kristus Raja tidak hanya menjadi perayaan liturgis, tetapi juga panggilan untuk menilai pilihan hidup, termasuk dalam momen penting seperti Pilkada, dengan dasar kebenaran yang sejati.(Roy)


Kamis, 21 November 2024

Gandeng Keuskupan Manado, KPU Sulut Sosialisasi Tahapan Pilkada


Enam hari lagi pemungutan suara Pemilihan Gubernur, Wakil Gubernur, Walikota, Wakil Walikota dan Bupati, Wakil Bupati akan dilaksanakan pada 27 November 2024. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulawesi Utara terus meimaksimalkan katu untuk mensosialisasikan tahapan dalam mensukseskan Pilkada. 

Kali ini Kamis (21/11/2024) di Hotel Arya Duta, Manado, KPU Sulut menggandeng dan bekerjasama dengan Keuskupan Manado melalui Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Manado melaksanaan sosialisasi tahapan Pilkada dengan sasaran para penggiat Komsos dan mahasiswa katolik. 

Saat membuka kegiatan tersebut Komisioner KPU Sulut Lanny Ointu, mengingatkan pentingnya partisipasi masyarakat dalam Pilkada. “Enam hari lagi pemilihan dilaksanakan, untuk itu kami terus mengingatkan tanggal 27 November 2024 wajib ke TPS. Kami mengharapkan umat Katolik juga ikut berperan serta mensosialisasikan tahapan Pilkada kepada umat yang lain,” ungkap Ointu.  

Narasumber dalam sosialisasi itu yaitu Ketua Komisi Komsos Keuskupan Manado Pastor I Made Yohanes Pantyasa Pr, membawakan materi Gereja bicara politik, Stephanus Hanny Pangemanan, membawakan materi Moderasi beragama dalam politik, Selvi Rumampuk mantan komisioner KPU Bitung, anggota Komisi Keluarga dan pengurus WKRI, membawakan materi Partisipasi masyarakat serta Ketua Bawaslu Sulut Ardiles Mewoh membawakan materi Partisipasi pengawasan.

Mewoh mengajak peserta sosialisasi untuk ikut mengawasi tahapan Pilkada di tempat masing-masing.(Roy)


Minggu, 10 November 2024

Pastor Angki Soroti Motivasi Berbagi dan Kesibukan Pribadi


Pastor Fransiscus Antonio Runtu Pr, dari Paroki Bunda Teresa, Griya Paniki Indah, menyampaikan refleksi mendalam pada perayaan Ekaristi Minggu Biasa XXXII, 10 November 2024. Ia menyoroti bacaan Injil Markus 12:38-44 yang mengingatkan umat agar berhati-hati terhadap ahli-ahli Taurat yang menggunakan agama demi keuntungan pribadi.

“Bacaan injil Markus 12:38-44 hari ini dimulai dengan hati-hatilah terhadap ahli-ahli taurat yang suka berjalan-jalan dan suka mengatakan yang hebat-hebat dengan maksud sebenanrya untuk kepentingan diri sendiri,” tukas Pastor Fransiscus Runtu.

Pastor Fransiscus menekankan bahaya motivasi yang salah dalam tindakan berbagi dan berderma. Menurutnya, liturgi bukanlah ajang untuk mengumpulkan kekayaan atau mencari kesempatan meminta-minta. “Itu yang kita cemaskan, berdosalah kita yang menggunakan kata-kata injili, menggunakan sarana, ruang peribadatan liturgis dengan maksud untuk mengumpulkan banyak hal. Sesudah misa ada kelompok datang menyanyi dan mulai beredar aksi 2 menit. Itu tidak ada dalam liturgi. Itu menggunakan kesempatan liturgi untuk minta-minta. Silahkan cari waktu yang lain,” tandasnya.

Pastor Angki sapaan akrabnya membandingkan derma yang diberikan umat. Pastor menggambarkan saat derma ada uang yang menderita sekali, ada juga uang yang tidak menderita. Semakin rendah nilai uang itu semakin menderita, semakin besar nilainnya uang itu tidak menderita. “Lihat saja ada uang derma yang lipatan sampai 8 atau 9 kali, bahkan diramas lagi. Kita harus berterima kasih karena itu pemberian orang yang sayang sekali dengan uang itu sampai dilipat-lipat dan diramas bae-bae dan akhirnya harus terlepas darinya untuk derma. Nilai pemberian yang sejati terletak pada pengorbanan, bukan nominal,” sebut Pastor Angki.

Cerita tentang janda miskin yang memberi dari kekurangannya menjadi sorotan Pastor Fransiscus sebagai contoh pemberian sejati. Ia mengingatkan bahwa aksi puasa dan pantang (APP) akan lebih bermakna bila dilakukan dengan ketulusan dan pengorbanan, bukan dari kelebihan yang tersisa.

Pastor Angki juga menyinggung tentang kebiasaan umat yang sibuk dengan kesenangan pribadi. Misalnya, ibu-ibu yang terlalu asyik menonton drama Korea hingga mengabaikan tugas rumah tangga, atau bapak-bapak yang menyesuaikan waktu ibadah dengan jadwal pertandingan bola. Kesibukan pribadi semacam ini kadang mengganggu pelaksanaan ibadah dan pengabdian rohani.

“Khususnya ibu-ibu, mengaku sibuk, urus pekerjaan, keluarga, arisan, pulang sudah sore menjelang malam. Tetapi meskipun ibu-ibu sibuk tetapi masih ada waktu nonton drama korea. Nonton drama korea termasuk ibu-ibu pe kesibukan. Bahkan karena kesibukan itu ibu-ibu tidak setrika baju suaminya karena nonton drama korea. Bahkan kesibukan nonton drama korea itu ada yang mengabaikan ibadah. ibadah wilayah rohani disesuaikan dengan waktu nonton drama korea. Begitu juga bapak-bapak yang hobi bola, pertemuan KBK disesuaikan dengan jam pertandingan piala dunia,” ujarnya, seraya menambahkan berbela rasa, berbagi, mewujudkan kasih, bukan soal berapa banyak yang kita berikan, tetapi apakah kita mau berbagi dan itu kualitas tertinggi. 

Dalam dua minggu menjelang Hari Raya Kristus Raja, Pastor Fransiscus mengajak umat untuk merenungkan makna berbagi yang sejati. Berbagi tidak hanya soal materi, tetapi juga melibatkan waktu, tenaga, dan pikiran yang tulus untuk sesama. Iman bukanlah tentang banyaknya pemberian, melainkan kualitas kasih yang tulus di baliknya.(Roy)


Minggu, 03 November 2024

Santo Carolus Borromeus

4 November 



Santo Carolus Borromeus lahir pada 2 Oktober 1538 di Rocca d'Arona dari keluarga bangsawan, namun memilih jalan pengabdian bagi Gereja. Pada usia muda, ia diangkat menjadi Uskup Agung Milano dan segera menunjukkan komitmen luar biasa dalam memperjuangkan pembaruan Gereja melalui Konsili Trente, sebuah konsili penting yang bertujuan memperkuat ajaran Katolik di tengah tantangan Reformasi Protestan.

Sebagai tokoh utama dalam Konsili Trente, Carolus dengan gigih mendesak penerapan keputusan-keputusan konsili yang tegas. Ia melihat pembaruan ajaran dan moral Gereja sebagai hal yang krusial, terutama untuk mendisiplinkan kaum klerus dan mendidik umat agar lebih paham tentang iman mereka. Ketegasan Carolus seringkali menimbulkan tantangan, bahkan penentangan, tetapi ia tidak goyah.

Selain perannya dalam Konsili Trente, Carolus menunjukkan kepeduliannya kepada masyarakat. Ketika wabah sampar melanda Milano, ia turun langsung merawat korban dan berbagi kekayaannya untuk membantu yang miskin. Bagi anak-anak, ia mendirikan sekolah untuk memerangi "kebutaan rohani," berusaha agar generasi muda memahami iman dan nilai-nilai Kristiani.

Carolus Borromeus wafat pada 3 November 1584, meninggalkan warisan sebagai seorang santo yang teguh dan berpengaruh. Melalui semangat reformasi Konsili Trente, ia membawa pembaruan Gereja yang bertahan hingga saat ini, menginspirasi banyak orang dengan ketulusan dan keteguhannya dalam iman.


Pesan Pastor Fransiscus Runtu: Cinta kepada Allah Tanpa Mengorbankan Sesama


Pada perayaan ekaristi Hari Minggu Biasa XXXI, 3 November 2024  di Paroki Bunda Teresa dari Calcutta, Griya Paniki Indah (GPI), Minggu, Pastor Fransiscus Runtu, Pr. menyampaikan renungan mendalam berdasarkan bacaan Injil Markus 12:28b-34. Dalam khotbahnya, Pastor Runtu menyoroti pesan inti dari ajaran Yesus, yakni mencintai Allah dan sesama sebagai hukum utama. 

"Yesus mengatakan, 'Engkau tidak jauh lagi dari Kerajaan Allah,' bukan dalam konteks kematian yang semakin dekat, tetapi dalam makna hadirnya kasih Allah di dunia," ungkap Pastor Runtu.

Pastor Runtu menekankan bahwa di dalam iman Kristiani, tidak ada pembenaran untuk merendahkan atau mengorbankan orang lain demi nama Allah. Ia memperingatkan umat agar berhati-hati dengan perilaku yang menampilkan kebaikan namun dengan motivasi yang keliru. 

"Mencintai Allah tanpa mencintai sesama adalah kebohongan besar," jelas Pastor Angki sapaan akrabnya.

Pastor juga menyinggung rencana penataan ulang bagian belakang gereja, yang membutuhkan partisipasi umat dalam penggalangan dana. Namun, ia menolak pendekatan yang memaksa umat untuk menyumbang dengan nilai tertentu. 

“Jika kita menentukan jumlah sumbangan secara seragam untuk setiap keluarga itu kelihatannya adil tetapi sesungguhnya tidaklah adil. Adil adalah memberi kebebasan untuk berkontribusi sesuai kemampuan dan keikhlasan masing-masing, tanpa paksaan," katanya.

Dengan pesan ini, Pastor Runtu mengajak umat agar memperkuat kasih kepada Tuhan dan sesama dalam keseimbangan yang benar, demi membangun komunitas gereja yang peduli tanpa mengorbankan atau memaksa sesama.(Roy)