Minggu, 30 Maret 2025

Pesan Pertobatan di Minggu Prapaskah IV, Umat Paroki GPI Diajak Merenungkan Kasih Bapa


Dalam perayaan Ekaristi Hari Minggu Prapaskah IV pada 30 Maret 2025, Pastor Fransiscus Antonio Runtu mengajak umat untuk merenungkan makna sejati dari masa Prapaskah. 

Mengacu pada Bacaan II dari 2 Korintus 5:17-21 dan Injil Lukas 15:1-3, 11-32, Pastor Angki Runtu, menekankan bahwa perjalanan Prapaskah bukan hanya tentang puasa dan pantang, tetapi sebagai sarana untuk merayakan Paskah yang merupakan perayaan sepanjang hidup.

Perziarahan kita masa prapaskah itu bukan hanya puasa dan pantang tetapi itu hanya sarana. Prapaskah itu untuk paskah. Paskah itu perayaan sepanjang hidup,” sebut Pastor Angki. 

Pastor Angki Runtu mengingatkan umat akan kebaikan Allah sebagai Bapa yang selalu menerima kita kembali, meskipun kita pernah tersesat. 

“Hari ini kita diajak untuk menyegarkan kembali keyakinan kita terhadap Allah sebagai Bapa yang baik. Bacaan hari ini membicarakan anak yang hilang. Kita hilang dan kembali atau suatu pertobatan. Hanya orang kristiani yang menyebut Allah itu Bapa. Kebaikan Bapa memberi kebebasan dengan menerima konsekuensi. Kebaikan Bapa menerima kembali anaknya yang telah menyia-nyiakan kebaikan Bapa, dan itulah kegembiraan. Bapa menerima dan menyambut kembali anaknya yang hilang,” ungkapnya.

Dalam renungannya, beliau menyoroti pentingnya memaafkan dan mengenali dosa-dosa kita sebagai langkah menuju pertobatan. Ia menekankan bahwa mengampuni bukan hanya tentang membebaskan orang lain dari kesalahan, tetapi juga tentang menerima pengalaman hidup kita sendiri.

Susah melihat orang senang, atau senang membuat orang susah. Inilah yang nampak dari si sulung. Ini berarti paling sulit memaafkan. Sakramen tobat itu memaafkan, tetapi sulit bagi kita yang tidak bisa memaafkan orang lain. Kita harus mengetahui dosa apa yang kita perbuat dan itu yang kita akui. Kita mau berbalik kepada Allah karena kita mengimani Allah maha baik. Mengampuni berarti tidak membiarkan kesalahan orang. Mengampuni berarti belajar menerima bahwa apa yang saya alami sebagai bagian kehidupan saya. Kalau kita mengalami yang buruk maka jangan buat kepada orang lain,” tukasnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar