Selasa, 30 Januari 2024

St. Yohanes Bosco

 31 Januari




St. Yohanes Bosco, atau Don Bosco, lahir pada tahun 1815 di wilayah Piedmonte. Setelah kehilangan ayahnya pada usia dua tahun, dia dibesarkan oleh ibunya, Margareta, anggota Ordo Ketiga St. Fransiskus yang memberikan pengaruh suci padanya.

Sejak muda, Yohanes merasa panggilan untuk membantu anak-anak miskin. Dia mengajarkan katekismus dan menghibur mereka dengan peragaan akrobatik. Pada usia 16, Yohanes masuk Seminari di Chieri, dengan dukungan penuh dari komunitas setempat.

Setelah ditahbiskan menjadi diakon, Yohanes mendirikan Oratorium Sukacita di Turino, sebuah sekolah Minggu dan pusat rekreasi bagi anak-anak laki-laki miskin. Ibunya juga ikut serta dalam mengelola Oratorium. Yohanes kemudian mendirikan dua Oratorium lagi di kota yang sama.

Pada tahun 1854, Yohanes mendirikan Ordo Salesian yang fokus pada pendidikan anak-anak laki-laki miskin. Ordo ini berkembang pesat, dengan 38 rumah di Dunia Lama dan 26 rumah di Dunia Baru selama hidup Yohanes.

Yohanes juga mendirikan kongregasi untuk para Suster yang disebut Para Puteri Bunda Maria Penolong. Selain itu, dia membentuk perkumpulan "Kooperator Salesian" yang mendukung karya-karya pendidikan Salesian.

Karya terakhir Yohanes adalah mendirikan Gereja Hati Kudus di Roma atas petunjuk Paus Pius IX. Meskipun proyek ini awalnya tidak menjanjikan, Yohanes berhasil mengumpulkan dana dari seluruh Italia dan Perancis. Namun, usahanya memakan tenaga dan pada 31 Januari 1888, Yohanes meninggal.

St. Yohanes Bosco dikanonisasi pada tahun 1934. Warisannya terus hidup dalam Ordo Salesian dan karya pendidikannya yang luar biasa untuk anak-anak miskin.

Senin, 29 Januari 2024

Di Wilroh Sta Helena, Pastor Petrus Ingatkan Harus Rendah Hati

 



 

Dalam lanjutan kunjungan konsolidasi di Wilayah Rohani Sta Helena, Senin 29 Januari 2024, Pastor Paroki Bunda Teresa Dari Calcutta Griya Paniki Indah Pst Petrus Tinangon Pr, mengingatkan orang Kristen harus rendah hati.

Baiklah kita pahami apa yang dimaksudkan dengan istilah Kudus. Dalam bahasa Yunani dalam kitab suci dengan ringkas dapat dikatakan bahwa Kudus artinya adalah berbeda. Allah disebut Kudus karena dia lain, the holy other bahasa Inggrisnya. Tak ada apapun dan siapapun yang sama dengan Dia dalam hal apapun,” sebut Pastor Petrus Tinangon.

Diungkapkannya, dalam Keluaran pasal 20 ayat 8 ada perintah ingatlah dan kuduskanlah hari sabat. Menurutnya, hari sabat adalah salah satu hari yang sama dengan hari-hari lain, panjangnya sama-sama 24 jam, tetapi walaupun secara eksternal sama secara kualitatif. Israel diperintahkan untuk memperlakukan hari sabat berbeda dibanding dengan hari-hari lain yaitu memisahkannya dan mengkhususkannya untuk Tuhan. Mudah-mudahan dengan penjelasan ini mengertilah kita mengapa orang-orang beriman disebut orang-orang Kudus dan gereja disebut sebagai persekutuan para Kudus.

Ini tentu tidak berarti bahwa orang-orang Kristiani semuanya sempurna tanpa cacat. Orang-orang Kristiani yang bobrok yang lemah yang selingkuh yang korup yang pengecut yang murtad juga banyak. Mereka disebut Kudus karena satu alasan saja yaitu karena Allah memilih dan membedakan mereka untuk tugas dan panggilan yang khusus. Lebih-lebih lagi mereka yang dipanggil menjadi biarawan biarawati,” tutur Pastor.

Lanjut Pastor, ini sama sekali tidak berarti bahwa orang Kristiani itu unggul atau lebih atau superior pada dirinya, sekali-kali tidak. Kelebihannya justru harus membuat dia lebih rendah hati.

Mengapa? sebab Allah memanggilnya bukan karena ia punya nilai lebih. Tapi semata-mata karena Tuhan berkenan memanggilnya seperti kepada umat Israel. Tuhan pun akan berkata kepada orang-orang Kristiani yang dipilihnya janganlah katakan dalam hatimu kekuasaanku dan kekuatanku yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. Tetapi haruslah engkau ingat kepada Tuhan Allahmu sebab dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperolehnya. Ulangan pasal 8 ayat 14 sampai 9 ayat 6 semangat rendah hati dan tahu diri inilah yang hendaknya bernyala-nyala membakar hati kita dalam menjalani panggilan khusus,” ungkap Pastor Petrus.

Lebih lanjut, Kristus sendiri sebagaimana dikisahkan dalam Injil, dia menjadi semakin populer. Ia sembuhkan banyak orang yang menderita berbagai macam penyakit. Dia membawa banyak perubahan dalam budaya dan mentalitas masyarakat. Misalnya sikap dan perlakuan bagi kaum perempuan seperti pada peristiwa penyembuhan ibu mertua Petrus. Orang-orang mencari-cari dia terus bahkan mau mengangkat Dia jadi raja, mau memilikinya terus.

Godaan untuk populer dan mendapat keuntungan dari popularitas itu, Ia malah menyingkir ke tempat yang sunyi kemudian ke kota-kota lain hingga saat kehendak BapakNya. KehendakNya bukan supaya Ia bergelimang dalam popularitas, melainkan mewartakan datangnya Kerajaan Allah supaya Allah semakin dimuliakan,” ungkap Pastor.

Pastor Petrus mengingatkan untuk tidak salah menata urutan prioritas kehidupan dengan benar. “Kegagalan anda sejak awal, karena anda gagal menata urutan prioritas kehidupan anda dengan benar. Anda mengekorkan mana yang mesti didahulukan dan mana yang bisa di ke belakang. Mana yang mesti diutamakan dan mana yang sepantasnya dinomor duakan. Mana yang pasti anda bayar dan mana yang masih bisa anda tawar,” kuncinya.

Usai misa, Koordionator Bidang II Rommy Humokor menyerahkan buku panduan kepada pengurus wilayah rohani St Padre Pio dan diterima ketua wilayah Noldy Rondonuwu.(Roy)

Jumat, 26 Januari 2024

Pesan Pastor Petrus di Wilroh St Padre Pio, Berlatih untuk Berjuang

 


 


Dalam lanjutan kunjungan konsolidasi di Wilayah Rohani St Padre Pio, Jumat 26 Januari 2024, Pastor Paroki Bunda Teresa Dari Calcutta Griya Paniki Indah Pst Petrus Tinangon Pr, mengingatkan untuk terus berlatih untuk berjuang dan jadi pemenang.

“Menurut Ibrani pasal 12 ayat 1, marilah kita berlomba dengan tekun dan dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Pesan pertama, seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya. Ada yang menyenangkannya tetapi mesti kerja keras dulu. Mau kepanasan, berani kehujanan, bersedia menunggu dengan sabar dan setia sampai waktu panen tiba, Banyak orang lebih suka jadi pegawai daripada jadi petani. Mengapa, karena bekerja jadi pergawai negeri sipil, ada jamnya, tidak peduli musim, tidak peduli hama setiap akhir bulan pasti terima gaji,” tukasnya.

Lanjut Pastor Petrus, pesan ketiga adalah orang Kristiani juga digambarkan sebagai prajurit. Lebih tidak gampang lagi, di mana anda bisa membuktikan bahwa diri bahwa anda adalah seorang prajurit yang baik. Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.

“Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak menguntungkan dirinya dengan soal-soal kehidupannya supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya. Itulah kita sebagai orang Kristiani diibaratkan ayam. Kita ini adalah ayam aduan, ayam box, ayam sabung. Terus-menerus diuji apakah kita masih pantas menyandang sebutan itu. Dimana diujinya di pertandingan dalam perlombaan karena itu tepat sekali nasehat Rasul Paulus dalam 1 Korintus pasal 9 ayat 24 karena itu larilah begitu rupa sehingga kamu memperolehnya,” ungkap Pastor.

Pastor Petrus mengungkapkan baru-baru ini di koran-koran atau di televisi berita penutupan, pemberontakan, penghancuran bahkan pembakaran gereja-gereja di suatu daerah tertentu di Indonesia ini. Ada reaksi demo dan pembentukan kelompok nasional di daerah kita yang Kristen ini. Sebagai warga negara Republik Indonesia kita berharap kita berhak menyesal, kita menuntut tidak terima. Sebagai warga negara kita berhak memperoleh perlindungan. Masa cuma golongan lain yang boleh marah sedangkan kita tidak sebagai warga negara Indonesia. “Tetapi sebagai warga kerajaan Allah itu bagian dari harga yang harus kita bayar. Itu bagian dari pendidikan dan latihan kita sebagai artis, sebagai petani, sebagai prajurit, sebagai ayam kampung, kita bukan ayam potong. Ayam potong itu kelihatannya saja dimanja hidupnya, dibuat enak cuma makan tidur badannya dibikin gemuk tidak perlu kerja keras hidup serba santai. Banyak orang Kristen sekarang ini hidup seperti itu seperti ayam potong. Iblis memperlakukan manusia seperti ayam potong. Memperlakukan manusia seperti ayam sabung, keras disiplin berat tetap tetapi akhirnya kemenangan kejayaan. Anda pilih yang mana?” tegasnya.

“Yesus sendiri saja harus memikul salib menyusuri Via dolo Rossa, masak kita mau lebih dari Yesus. Seorang murid tidak mungkin melebihi suhunya bisa diharapkan tetap tegar dalam penderita. Kita mempertahankan iman Kristiani secara konsekuen dan konsisten memerlukan pejuang bukan pecundang. Perlu perjuangan, kadang-kadang pengorbanan perjuangan yang berat dan perjuangan adalah investasi yang luar biasa,” pungkas Pastor Petrus Tinangon.

Dalam misa itu Pastor Petrus Tinangon didampingi Frater Dirros Pugon Pr. Pada kesempatan itu Koordionator Bidang II Rommy Humokor menyerahkan buku panduan kepada pengurus wilayah rohani St Padre Pio dan diterima ketua wilayah Lody Manoppo.(Roy)

Selasa, 23 Januari 2024

Konsolidasi dengan Wilroh Sta Ursula, Pastor Petrus Ingarkan Roh Kudus Bekerja Lewat Manusia

 


 


 

Pastor Paroki Bunda Teresa Dari Calcutta GPI,  Pst., PetrusTinangon melanjutkan kunjungan dan konsolidasi setelah diumumkannya ketua-ketua wilayah rohani. Kali ini dalam konsolidasi dilakukan di Wilayah Rohani Sta Ursula, Selasa (23/01/2024), pastor mengingatkan Roh Kudus selalu bekerja lewat manusia, tidak bekerja di luar manusia.

“Roh kudus bekerja dari dalam diri manusia membangkitkan iman percaya kita, mengarahkan kehidupan kita, menguatkan kelemahan-kelemahan kita, mengangkat kita dari kejatuhan, memperingatkan kalau kita cenderung berbuat dosa. Roh Kudus itulah yang memungkinkan gereja bisa survive dan berkembang sampai sekarang,” tutur Pastor Petrus Tinangon dalam khotbahnya.

Lanjutnya apa yang dilihat orang-orang bukan Kristiani dalam diri orang Kristiani. Orang-orang Kristiani diberi kuasa roh Kudus sehingga banyak yang tertarik menjadi Kristiani. Padahal orang-orang Kristiani waktu itu adalah orang-orang sederhana. Menurutnya kata Paulus orang-orang Kristiani waktu itu tidak banyak yang terpelajar, tidak banyak yang bijak, tidak banyak berpengaruh, tidak banyak yang terpandang. Mestinya orang mundur, bukan maju, kurang gengsi barangkali orang tertarik dengan ajarannya. Ajaran Plato, Socrates, Aristoteles pasti jauh lebih canggih dan menarik orang daripada ajaran Kristiani.

“Inti ajaran Kristiani adalah salib. Paulus mengakui bahwa ajaran tentang salib merupakan kebodohan bagi orang-orang Yunani dan batu sandungan bagi orang-orang Yahudi. Jadi pasti bukan karena ajarannya. Kristen pada waktu itu masih amat kecil lemah dan miskin, dikejar-kejar lagi. Kristen pada waktu itu semakin dibabat semakin merambat. Iman seperti paku, semakin dipukul semakin dalam menghujam. Iman yang uji semakin dibakar semakin murni,” sebut Pastor Petrus.

Menurutnya, ketahanan iman bukan iman yang cengeng atau manja, bukan iman yang merengek dan gampang merajuk tapi bagaikan pohon bambu yang bergoyang kalau ada angin keras dan tidak patah iman. Seperti itulah yang menarik orang untuk beriman Kristiani.

“Sebab bagaimana mungkin orang lain akan meyakini keimanan kita kalau kita sendiri kelihatannya kurang yakin akan iman itu. Jadi kesimpulannya kalau mau orang lain tertarik beriman kepada Kristus caranya adalah bukan dengan berkoar-koar melainkan tunjukkan demonstrasikan iman kita. Kata yesus dalam Injil demikianlah anaknya terang begitu bercahaya di depan orang supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan bapakMU di surga,” ungkapnya.

Cara yang paling ampuh untuk membuktikan iman kita menurut Pastor Petrus adalah dengan tindakan dengan perbuatan itu yang bisa memberikan kesaksian yang amat indah tentang iman kita. Masyarakat melihat bagaimana prinsip lebih baik memberi daripada menerima dipraktekkan. Orang melihat bagaimana orang Kristiani terdorong untuk memberi menolong orang lain bukan karena kelebihan melainkan dari kekurangan mereka.

“Yakobus berkata jangan cuma jadi pendengar firman tapi jadilah pelaku firman. Firman harus dipraktekkan dalam tindakan dalam perbuatan. Kata yesus dalam Injil bukan setiap orang yang berseru kepadaku Tuhan akan masuk ke dalam kerajaan surga melainkan dia yang melakukan kehendak bapaku yang di surga,” ungkap Pastor Petrus Tinangon.

Dalam misa tersebut Pastor Petrus dibantu Frater Dirros Pugon Pr. Pada kesempatan itu Koordionator Bidang II Rommy Humokor menyerahkan buku panduan kepada pengurus wilayah rohani Sta Ursula dan diterima ketua wilayah Vivi Aganitji Pamikiran.

Sebelum Ketua Wilayah definitif menyampaikan sharing, ketua wilayah yang lama Michael Jonathan menyampaikan terima kasih kepada umat wilayah rohani Sta Ursula yang telah bersama-sama bersatu membantu selama ini. Jonathan juga berterima kasih pada pastor paroki yang telah mempercayakannya menjadi ketua wilayah selama tiga tahun.

Sementara itu ketua yang  baru Vivi Pamikiran bertemiakasih atas kepercayaan Pastor Petrus Tinangon yang telah menunjuknya sebagai ketua wilayah rohani Sta Ursula yang  baru. Vivi juga meminta umat bersama-sama mendukung dan berperan aktif dalam wilayah rohani dan gereja.(Roy)

Senin, 22 Januari 2024

Kunjungan Konsolidasi di Wilroh Sta Verena, Umat Diminta Setia dalam Perjuangan


Penyerahan buku panduan kepada Ketua Wilayah Rohani Sta Verena,
dr Anthonius Tumbol.

 

Pastor Paroki Bunda Teresa Dari Calcutta GPI,  Pst PetrusTinangon Pr., melanjutkan kunjungan konsolidasi setelah diumumkannya ketua-ketua wilayah rohani. Konsolidasi kali ini dilaksanakan di Wilayah Rohani Sta Verena, Senin (22/01/2024). Pastor mengingatkan umat untuk tetap setia dalam perjuangan.

“Saudara sekalian seringkali kita meragukan kasih setia Allah. Terutama ketika kesulitan demi kesulitan menerpa kehidupan kita. Ketika kita menengok ke kanan dan ke kiri menanti pertolongan. Ketika seperti Mazmur 121 ayat 1 kita berteriak Tuhan di mana Engkau pada saat sesulit ini. Karena itu kalau kita mengatakan aku hendak menyanyikan kasih setia Tuhan untuk selama-lamanya, sebenarnya kita mesti bertanya dalam keadaan kita sekarang ini mungkinkah kita benar-benar menyanyikan kasih setia Tuhan,” tutur Pastor Petrus Tinangon.

Lanjutnya, di dalam kehidupan kita, baik hidup pribadi, keluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kita pasti mempunyai 1001 macam alasan yang sah untuk mengeluh.

“Kita ini kan masih ada di dalam dunia, belum di surga. Tapi sabda Tuhan mau mengingatkan bahwa di dalam iman kita tetap punya alasan untuk percaya dan oleh karena itu kita menyanyikan kasih setia Tuhan. Ini sulit memang karena itu saya katakan tadi dalam iman artinya bahwa dibalik semua yang mencemaskan yang kita alami, kita boleh tetap percaya bahwa Tuhan tetap bekerja di dalam segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan bagi semua orang yang mengasihinya,” ungkap Pastor Petrus Tinangon.

Menurutnya ini memang bukan masalah seperti materi matematika 2 + 2 = 4. Dimana anda boleh percaya, boleh juga tidak. “Tapi baiklah anda ingat bahwa di dalam anda memilih untuk percaya atau tidak akan hal ini sesungguhnya di situ terkait pilihan anda mau menyerah saja kepada keadaan atau anda mau tetap berjuang. Anda cuma mau mengeluh saja atau anda mau berjalan terus betapa pun beratnya. Sebab pengharapan orang beriman memang harus realistis,” tandasnya.

Lanjutnya, iman tidak membutakan mata kita, sehingga kita tidak melihat masalah. Namun demikian iman mengajak kita untuk melihat kehidupan ini dari sudut yang lain. “Ini tidak berarti bahwa pengharapan itu akan terwujud dengan sendirinya. Allah saja harus bekerja keras untuk mewujudkannya. Baca saja kitab Wahyu, Anak Domba itu harus bertempur mati-matian dan habis-habisan. Karena itu kita juga harus berjuang mau berjuang berani berjuang. Tuhan tidak menyediakan di depan kita jalan yang bertabur mawar melainkan jalan yang penuh perjuangan dan kerja keras yang mesti kita bayar dengan peluh kalau perlu dengan darah kita ini tidak pernah muda namun juga tidak akan sia-sia,” ungkap Pastor.

Pastor Petrus mengingatkan, kalau kita berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia maka yang pertama-tama harus kita tingkatkan adalah kualitas kita sebagai pejuang, setia sampai ke titik darah penghabisan kepada cita-cita perjuangan kita.

“Seperti Allah setia kepada kasih-Nya, kita selalu setia kepada cita-cita perjuangan kita. Jangan hanya berjuang untuk hidup, walau tentu saja ini wajar dan sah-sah saja. Peringatan Yesus menjadi amat relevan, barang siapa ingin mempertahankan nyawanya akan kehilangan nyawa. Artinya kita hanya akan eksis, kita cuma akan survive tapi kita kehilangan hidup itu sendiri. Sebab itu jangan cuma berjuang untuk hidup tetapi hidup untuk berjuang,” jelasnya.

“Saudara sekalian saya pernah membaca bahwa konon ada 7 hal yang membedakan sikap mental seorang pemenang dari seorang pecundang. Pertama kalau seorang berjiwa pemenang menghadapi sesuatu yang tidak tahu atau belum tahu ia akan cari tahu tapi seorang pecundang akan cukup angkat bau. Kedua kalau seorang yang berjiwa pemenang melakukan kesalahan ia akan berkata ya saya salah tapi seorang pecundang ia akan berkata tapi itu bukan salah saya. Ketiga kalau menghadapi masalah seorang pemenang akan menghadapinya sebaliknya seorang pecundang justru akan menghindarinya. Keempat tentang dirinya sendiri seorang pemenang selalu mengatakan saya toh belum sebaik yang seharusnya, sedang seorang pecundang akan mengatakan saya toh tak sejelek yang lain. Kelima seorang penenang selalu membuat janji kepada dirinya sendiri, tapi seorang pecundang selalu mengobrol janji kepada orang lain. Keenam menghadapi orang yang lebih dari dirinya si pemenang akan berusaha belajar daripadanya, tapi si pecundang akan mencari-cari kelemahannya. Ke-7 seorang pemenang senantiasa mencari jalan yang lebih baik, sedang seorang pecundang hanya akan mengulang-ulang apa yang sudah biasa ia lakukan. Mari kita tingkatkan kualitas kita,” pungkasnya.

Pada kesempatan itu Koordionator Bidang II Rommy Humokor menyerahkan buku panduan kepada pengurus wilayah rohani Sta Verena dan diterima ketua wilayah dr Anthonius Tumbol.

Sabtu, 20 Januari 2024

Pastor Petrus Ingatkan Wilroh St Thomas Becket untuk Berani Berkorban

 


Dalam kunjungan konsolidasi di Wilayah Rohani St Thomas Becket, Sabtu (20/01/2024), Pastor Paroki Bunda Teresa Dari Calcutta GPI,  Pst., PetrusTinangon mengingatkan wilayah rohani tersebut untuk berani berkorban memperjuangkan yang tertindas.

“Santo Thomas Becket seorang Uskup dari Canterbury menderita dan mati dibunuh karena berani menentang kelaliman pemerintah. Ia berani angkat suara, mengeritik pemerintah yang menindas rakyat dengan suara yang lembut lewat khotbah-khotbahnya. Ia menyampaikan isi hatinya, agar hukum kasih sesuai ajaran Kristus dipraktekkan. Agar keadilan ditegakkan, agar demokrasi diwujudkan, agar perhatian dan perjuangan untuk memberdayakan dan membela kaum miskin. Namun  ada yang merasa terusik oleh kata-kata uskup ini. Ada yang hatinya tersinggung oleh khotbahnya. Maka berdatanganlah ke alamatnya surat-surat kaleng berisi ancaman-ancaman agar ia tutup mulut kalau tidak ia akan mati,” papar Pastor Petrus Tinangon.

Lanjut Pastor Petrus, ada yang bersimpati kepadanya dan mengusulkan akan melengkapi uskup dengan sekelompok bodyguard untuk mengawal, tapi ia menampik tawaran itu. Seorang gembala yang baik tidak mencari perlindungan bagi dirinya sendiri, melainkan bagi domba-dombanya. “Dalam  melaksanakan tugas tanpa pengawalan ia tewas. Demikianlah seorang nabi modern berani membela kebenaran meski dengan risiko mati. Demikianlah banyak orang sebelum Kristus dan sesudahnya di Indonesia. Semua dibunuh karena mempertahankan prinsip-prinsip keadilan dan damai sejahtera bagi seluruh umat semua. Begitu juga Yohanes Pembaptis dia mendahului dan menuju Tuhan Yesus Kristus yang mati juga untuk untuk mendekatkan kebenaran dan membawa keselamatan untuk kita semua.  Yohanes Pembaptis dipancung kepalanya.  Bagi orang-orang zaman sekarang Yohanes dipandang besar. Pandangan tentang orang-orang melihat nilai-nilai yang besar yang mulia dan luhur yang melihat apa yang sungguh-sungguh penting dalam hidup yang punya keyakinan bahwa Yesus telah Sang Mesias,” sebut Pastor.

Lanjutnya Yohanes besar dalam kasihnya kepada Allah dan kepada umatnya. Ketiga ia juga besar dalam gaya hidupnya sendiri. Kata-kata tidak cukup baginya, secara konsisten dan radikal ia mempraktekkan apa yang ia serukan kepada orang lain. Ia hidup di gurun pemurnian, ia menolak makanan yang berlebihan. Ia berdiri dalam layar pertobatan, berpaling kepada Tuhan, berpaling dari yang jahat dengan cara ia hidup yang merupakan suara Tuhan.

Keempat ia besar dalam kerendahan hatinya ia mengundurkan diri ketika Yesus memulai tugas penyelamatannya dan terakhir kali ia menjadi surat Tuhan tatkala ia minta para muridnya untuk mengikuti Yesus. Katanya Ia harus semakin besar tetapi aku harus semakin kecil. Kita mendengar keluhan tentang mentalitas orang sekarang ini dan sering terdengar kerinduan akan dunia yang lebih baik. Ada kebutuhan besar akan orang-orang yang dengan tulus mau menegakkan kebenaran. Memang kita perlu orang-orang seperti Yohanes yang berani menjadi suara untuk alat dan untuk Yesus kiranya kita menjadi suara-suara untuk Kerajaan Allah kita dan untuk Thomas Becket,” pungkasnya.

Dalam misa tersebut Pastor Petrus dibantu Frater Dirros Pugon Pr. Pada kesempatan itu Koordionator Bidang II Rommy Humokor menyerahkan buku panduan kepada pengurus wilayah rohani Sta Thomas Becket yang diterima ketua wilayah Charles Kurniawan.(Roy)

Rabu, 17 Januari 2024

Konsolidasi di WR Elisabeth Umat Diminta Miliki Pandangan yang Terang


Kunjungan Pastor Paroki Bunda Teresa Dari Calcutta GPI,  Pst., PetrusTinangon dan konsolidasi hari ketiga setelah diumumkannya ketua-ketua wilayah rohani dilakukan di Wilayah Rohani Sta Elisabeth, Rabu (17/01/2024).

Dalam khotbahnya Pastor Petrus Tinangon meminta umat memiliki pandangan yang terang untuk mencari harta di surga. 

“Kemenangan, keberhasilan dan kejayaan bisa dicapai dengan bermacam-macam cara. Bisa dengan cara gampang, kebetulan, entah karena keturunan, karena koneksi, KKN, karena lingkungan, tetapi perjuangan itulah yang membentuk pribadi seseorang. Itulah yang membangun manusia seutuhnya. Itulah yang memberi isi dan makna bagi hidup seseorang Paulus yang berjuang demi Injil. Ia berkomitmen harus memurnikan ajaran Injil yang sering dipalsukan dipelintir dimanipulasi dihidupi setengah-setengah. hal-hal yang justru merongrong kewibawaan injil. Dia tidak bisa ditakuti dengan hukuman dipenjara dia tidak jerah mengarungi lautan meski sudah mengalami beberapa kali karam,” ungkap Pastor.

Lanjutnya berbuat dan menderita semua itu adalah cinta kepada Kristus dan cinta akan Kristus mendorang kita. Entah apa resikonya Paulus mau hidup mati mewartakan kristus. “Semangat ini lah yang dimaksudkan injil memilih harta di surga. Untuk sampai di surga supaya hati kita juga ada di surga. Untuk memilih harta di surga pandangan orang harus terang. Bagaimana mencari harta di surga kalau yang selalu diikuti adalah jalan pikiran dan lamunan hati. Kenaikan tingkat atau pangkat, prestise, semakin bertambahnya uang, prestasi yang mengagumkan dan semuanya ada di dunia, maka surga dam kerajaan Allah semakin jauh di mata,” tukasnya. 

Pastor Petrus mengungkapkan, di dunia sekarang orang harus mempunyai mata terang untuk membedakan jalan kristus atau mana perangkap setan. 

Konsolidasi juga dihadiri Koordinator Bidang II Organisasi Rommy Humokor yang menyerahkan buku panduan kapada pengurus wilayah rohani yang baru Inne Longdong. Kunjungan pastor dan konsolidasi dilaksanakan di rumah Keluarga Mamahit – Rambitan.(Roy)


Selasa, 16 Januari 2024

Konsolidasi di Wilroh MRR, Pastor Petrus Ingatkan Makna Hidup


Setelah menentukan ketua-ketua wilayah rohani, Pastor Paroki yang juga ketua DPP Paroki Bunda Teresa Dari Calcutta GPI, Pst Petrus Tinangon Pr, melakukan kunjungan ke wilayah-wilayah rohani untuk konsolidasi. Dalam kunjungan hari kedua Selasa (16/01/2024) yaitu di Wilayah Rohani Santo Maria Ratu Rosario (MRR), Pastor Petrus mengingatkan hidup itu terdiri dari senang dan penderitaan.

Kotbah dalam misa yang dibawakan Pastor Petrus Tinangon diungkapkan hidup tidak akan selalu senang terus atau juga selalu penderitaan. “Jadi hidup terdiri dari kedua-duanya, tidak bisa dielakan, tidak bisa ditawar. Oleh karena itu jangan buang-buang energi menolak atau menyangkalnya, percuma. Jauh lebih baik kalau kita dengan sadar menerimanya dan mengusahakan yang terbaik,” tutur Pastor Petrus Tinangon.

Pastor mengungkapkan, ada doa yang sangat indah yang berbunyi, "Tuhan, karuniakanlah kepadaku ketenangan untuk menerima hal-hal yang tidak dapat berubah, keberanian untuk mengubah hal-hal yang tidak bisa diubah, dan kebijaksanaan untuk membedakan antara keduanya." “Ini artinya, jangan ngotot ingin mengubah apa yang tidak bisa berubah, dan sebaliknya, jangan ngotot mempertahankan apa yang semestinya harus diubah. Saudara-saudara sekalian, misalnya, orang ngotot ingin kaya tapi tidak mau mengubah sifat malasnya. Akibatnya, ia tetap miskin, sebab yang semestinya diubah tidak diubah, dan yang tidak bisa diubah justru ingin diubah. Sebab itu, benar dibutuhkan kearifan, hikmah, dan kebijaksanaan, tapi kearifan hanya ada kalau kita memahami dengan betul bagaimana sebenarnya hubungan atau saling keterkaitan antara penderitaan dan kemenangan, susah dan senang. Kedua-duanya sama-sama hadir dalam hidup manusia dan tidak bisa ditolak,” sebut Pastor.

Lanjutnya senang dan susah, kadang-kadang datangnya bergantian hingga ungkapan hidup berputar seperti roda; terkadang ada di atas, terkadang ada di bawah. Terhadap situasi ini, ada orang yang bersikap apatis, terserah saja, terima nasib. “Dengan sikap seperti itu, orang bisa bertahan, malah bisa bersyukur, patah tangan kiri. Wah, untung bukan tangan kanan. Patah tangan, bersyukur, bukan kaki. Kaki patah, bersyukur, bukan leher dan seterusnya,” ujar Pastor Petrus Tinangon.

“Saya ingin mengajak anda membicarakan bagaimana iman Kristiani memandang kehidupan ini, bagaimana iman Kristiani memahami penderitaan dan kemenangan, susah dan senang, seolah-olah datang silih berganti. Tampaknya ada kesaksian-kesaksian kitab suci yang mirip dengan sikap hidup di atas. Misalnya, kitab Pengkhotbah. Untuk segala sesuatu yang ada rasanya, untuk apapun di bawah langit, ada waktunya. Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa, ada waktu untuk meratap, ada waktu untuk menari. Begitu terus-menerus, kita tidak tahu untuk apa. Hidup menjadi sia-sia, tidak punya tujuan, semua berputar-putar, menjemukan, tidak ada yang baru. Saudara-saudara sekalian, jadi bagaimana menurut Pengkhotbah, kita harus bersikap dalam hidup ini? Nikmati saja apa yang dapat dinikmati, jangan terlalu berpikir tentang masa depan, karena hidup ini pendek dan hidup ini cuma sekali ini. Jelas bukan nasehat yang arif, tapi jujur realistis. Begitulah hidup ini sebenarnya, kalau ditinjau dari kacamata manusia. Satu-satunya yang paling bijaksana, menurut kitab suci, adalah membiarkan hidup ini mengalir dan kita turut menghanyutkan diri saja,” ungkapnya.

Menurut Pastor, Yesus mengajarkan bahwa hidup ini punya tujuan, meski hidup ini pendek sekali. Kita dapat menjadikannya bermakna, berguna. Hanya saja, makna dan tujuan hidup tidak dapat kita timbang atau gali dari hidup ini sendiri. “Tujuannya datang atau bersumber dari luar. Tak lain dari Sang Pencipta hidup itu sendiri, dari Sang Pemilik hidup, dan Allah mau menjadikan hidup bermakna, berguna, punya tujuan yang jelas dan pasti. Untuk itu, kitab suci bilang kita harus melihat, memahami kehidupan kita dari sudut pandang lain, dengan kacamata lain, yakni sudut pandang Allah,” ungkapnya.

Dalam 2 Korintus 4 ayat 17, Paulus berkata, "Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar daripada penderitaan kami."

“Saudara-saudari, kita sekarang sudah hidup dalam kemenangan. Maka sikap dan gaya hidup kita haruslah gaya hidup orang-orang yang sudah menang. Kita harus memandang dan memahami hidup ini dari sudut pandang, dari kacamata kemenangan Kristus, dari transisi iman dan kasih adalah kekuatan yang membuat kita bisa melihat secara lebih jelas, jauh melebihi apa yang bisa dilihat oleh mata. Iman dan kasih adalah kekuatan yang bisa membuat kita melihat seperti Allah sendiri melihat, karena iman dan kasih itulah kita percaya, Allah berkenan memilih kita menjadi milik-Nya,” jelas Pastor Petrus Tinangon.

Konsolidasi juga dihadiri Koordinator Bidang II Organisasi Rommy Humokor. Serta dilaksanakan serah terima aset dari pengurus yang lama Merlin Karuntu kepada yang baru yang diketuai Inna Kansil.(Roy)


Senin, 15 Januari 2024

Wilroh MRPD Diingatkan Soal Keputusan Hirarki



Pastor Paroki yang juga ketua DPP Paroki Bunda Teresa Dari Calcutta GPI, Pst Petrus Tinangon Pr, melakukan kunjungan ke wilayah-wilayah rohani untuk konsolidasi setelah menentukan ketua-ketua wilayah rohani. Dalam kunjungan hari pertama, Senin (15/01/2024) yaitu di Wilayah Rohani Santa Maria Ratu Pencinta Damai (MRPD), Pastor Petrus mengingatkan soal hirarki dalam gereja katolik.

“Kalau di gereja lain keputusan ada di tangan umat, tetapi di gereja kita katolik keputusan berdasarkan hiraki. Gereja katolik tidak menganut keputuan demokratis,” ungkap Pastor Petrus Tinangon.

Lanjutnya dalam penentuan ketua wilayah rohani, umat diberi kesempatan mengusulkan nama-nama yang pantas untuk selanjutnya dipilih oleh kepada pastor paroki siapa yang akan menjadi ketua wilayah rohani.

Dalam khotbahnya Pastor Petrus mengungkapkan hidup orang yang menang, sama sekali bukanlah gaya hidup santai. “Banyak orang yang sekarang ini tidak serius dengan imannya, percaya, tapi percaya itu tidak memberi makna apa-apa bagi hidupnya. Percaya kepada Tuhan, ya, percaya, tapi Tuhan kita hadir secara nyata dalam hidup kita. Padahal, kata Santo Agustinus, kalau kita mau menemukan Tuhan, kita harus mencarinya seperti orang yang sedang tenggelam, berusaha menghirup udara dengan serius,” tuturnya.

Konsolidasi juga dihadiri Koordinator Bidang II Organisasi Rommy Humokor yang juga menyerahkan buku panduan kepada pengurus wilayah rohani yang baru.(Roy) 

Jumat, 05 Januari 2024

Tokoh Dibalik Berdirinya Gereja Paroki GPI, Oma Sylvia Nicolaas Tutup Usia

Sylvia Flora Nicolaas.

Kamis, 4 Januari, keluarga besar dan umat Paroki Bunda Teresa dari Calcutta Griya Paniki Indah (GPI) berduka atas kepergian Oma Sylvia Flora Nicolaas, yang akrab disapa Sylvia atau Oma Pondok, pada usia 87 tahun. Oma Sylvia meninggalkan kenangan indah bersama keluarga dan umat Paroki Bunda Teresa dari Calcutta GPI.

Oma Sylvia bersama suami tercintanya opa Frederik Christoffel Sumeisey serta keluarga besar mereka dikenal sebagai tokoh umat yang memiliki peran dan sumbangsih besar sehingga berdirinya gereja Paroki Bunda Teresa Dari Calcutta, GPI. Dalam suatu percakapan Opa Sumeisey menceritakan bagaimana sampai gereja tersebut dibangun, tak lepas dari dukungan Oma Sylvia. “Saya bilang pa Oma, bagaiman kalau torang tanggung saja pembangunan gereja itu. Karena yang ada pa torang sama besar dengan dana pembangunan gereja itu dalam proposal. Oma sangat setuju. Oma bilang kita ikut jo apa yang Opa mo beking,” tutur Opa Sumeisey.

Oma Sylvia bahkan mengawal hingga gereja Bunda Teresa Dari Calccuta yang awalnya diresmikan sebagai stasi ini menjadi Paroki oleh Uskup Manado Mgr. Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Dilahirkan di Cimahi pada 18 September 1936, sebagai anak ke-3 dari lima bersaudara dari pasangan Israel Nicolaas dan Caroline Pasla, Sylvia meninggalkan jejak yang mendalam dalam hidupnya. Bersama kakak dan adiknya, Sylvia menyelesaikan pendidikan di SD RK Suster Manado dan Sekolah Guru Bawah (SGB) Katolik Suster Tomohon.

Pada tanggal 30 Juni 1959, Sylvia menikah dengan Frederik Christoffel Sumeisey, SmHK, dan dikaruniai empat orang anak: Jeffry Indra Manuel Sumeisey, Nini Triputri Pogidon Djaya Sumeisey, Chitra Dewi Sarah Sumeisey, dan Drs. Constantiin Vipo Albertus Sumeisey, AK. Hingga saat ini Keluarga Sumeisey - Nicolaas memiliki 14 cucu dan 18 cece.

Meninggal karena sakit lanjut usia, Sylvia telah berjuang dengan kesehatannya. Pernah dirawat di RS Sentra Medika Minahasa Utara sekitar bulan Agustus 2023, dia masuk keluar dari rumah sakit tersebut sebanyak 4 kali. Kondisinya memburuk pada bulan Oktober 2023, membuatnya tak bisa berjalan. Keluarga hanya bisa berdoa dan berserah pada Tuhan. Pelayanan sakramen minyak suci telah diterima oleh Sylvia dari Pastor Paroki dan doa-doa dari umat. Pada Kamis, 4 Januari, jam 00.35 WITA, Oma Sylvia tutup usia dan dimakamkan di ladang pekuburan Lux Aeterna. Paroki Bunda Teresa dari Calcutta GPI dan sekitar mengucapkan turut berbelasungkawa atas kepergian Sylvia Flora Nicolaas, semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan ketabahan. Semoga arwahnya diterima di sisi para kudus di surga. Semoga Oma Sylvia mendapat tempat yang layak di sisi-Nya.(Roy)