Dalam kunjungan konsolidasi di Wilayah Rohani St Thomas Becket, Sabtu (20/01/2024), Pastor Paroki Bunda Teresa Dari Calcutta GPI, Pst., PetrusTinangon mengingatkan wilayah rohani tersebut untuk berani berkorban memperjuangkan yang tertindas.
“Santo Thomas Becket seorang Uskup dari
Canterbury menderita dan mati dibunuh karena berani menentang kelaliman pemerintah. Ia berani angkat suara, mengeritik pemerintah yang menindas rakyat dengan suara yang lembut lewat khotbah-khotbahnya. Ia menyampaikan isi hatinya, agar hukum kasih
sesuai ajaran Kristus dipraktekkan. Agar keadilan
ditegakkan, agar demokrasi diwujudkan, agar perhatian dan perjuangan untuk memberdayakan dan membela
kaum miskin. Namun ada yang merasa terusik oleh kata-kata uskup
ini. Ada yang hatinya tersinggung oleh khotbahnya. Maka berdatanganlah ke alamatnya surat-surat kaleng berisi
ancaman-ancaman agar ia tutup mulut kalau tidak ia akan mati,” papar Pastor Petrus Tinangon.
Lanjut Pastor Petrus, ada yang
bersimpati kepadanya dan mengusulkan akan melengkapi uskup dengan sekelompok
bodyguard untuk mengawal, tapi ia menampik
tawaran itu. “Seorang gembala yang baik tidak mencari
perlindungan bagi dirinya sendiri, melainkan bagi
domba-dombanya. “Dalam melaksanakan tugas tanpa pengawalan ia
tewas. Demikianlah seorang nabi modern berani
membela kebenaran meski dengan risiko mati. Demikianlah banyak
orang sebelum Kristus dan sesudahnya di Indonesia.
Semua
dibunuh karena mempertahankan prinsip-prinsip keadilan dan damai sejahtera bagi
seluruh umat semua. Begitu
juga
Yohanes
Pembaptis dia mendahului dan menuju Tuhan Yesus Kristus yang mati juga untuk
untuk mendekatkan kebenaran dan membawa keselamatan untuk kita semua. Yohanes Pembaptis dipancung kepalanya. Bagi orang-orang zaman sekarang Yohanes dipandang besar. Pandangan tentang orang-orang melihat nilai-nilai yang besar yang
mulia dan luhur yang melihat apa yang sungguh-sungguh penting dalam hidup yang
punya keyakinan bahwa Yesus telah Sang Mesias,”
sebut Pastor.
Lanjutnya Yohanes besar dalam kasihnya
kepada Allah dan kepada umatnya. Ketiga ia juga besar dalam gaya hidupnya
sendiri. Kata-kata tidak cukup baginya, secara konsisten dan radikal ia mempraktekkan apa yang ia serukan
kepada orang lain. Ia hidup di gurun pemurnian, ia menolak makanan yang berlebihan. Ia berdiri dalam layar pertobatan, berpaling kepada
Tuhan, berpaling dari yang jahat dengan cara ia
hidup yang merupakan suara Tuhan.
“Keempat ia besar dalam kerendahan hatinya ia
mengundurkan diri ketika Yesus memulai tugas penyelamatannya dan terakhir kali
ia menjadi surat Tuhan tatkala ia minta para muridnya untuk mengikuti Yesus. Katanya Ia harus semakin besar tetapi aku harus semakin kecil. Kita mendengar keluhan tentang mentalitas orang sekarang ini dan
sering terdengar kerinduan akan dunia yang lebih baik. Ada kebutuhan
besar akan orang-orang yang dengan tulus mau menegakkan kebenaran. Memang kita perlu orang-orang seperti Yohanes yang berani menjadi
suara untuk alat dan untuk Yesus kiranya kita menjadi suara-suara untuk
Kerajaan Allah kita dan untuk Thomas Becket,” pungkasnya.
Dalam misa tersebut Pastor Petrus dibantu Frater Dirros Pugon Pr. Pada
kesempatan itu Koordionator Bidang II Rommy Humokor menyerahkan buku panduan
kepada pengurus wilayah rohani Sta Thomas Becket yang diterima ketua wilayah Charles
Kurniawan.(Roy)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar