Selasa, 05 Desember 2023

Tradisi Sinterklaas (Santa Claus)


Menjelang Natal setiap tahun selalu diawali dengan tradisi Sinterklaas atau Santa Claus. Tokoh Sinterklaas yaitu pria berjenggot putih berjubah merah yang sering membagikan hadiah kepada anak ini merujuk dari tokoh Santo Nicolaus.

Sipakah Santo Nicholas itu? Santo Nicolaus merupakan uskup dari Myra, Turki di abad ke-4 yang baik, murah hati dan mau membantu siapa saja. Nicolas lahir di Asia kecil pada abad ke-3 di kota Patara (Lycia dan Pamfilia), dan tinggal di Myra, Lycia (saat ini adalah wilayah Demre, Turki), yang pada saat itu adalah sebuah provinsi dari kekaisaran Romawi. Nicolaus adalah anak tunggal dari seorang pedagang Yunani yang kaya-raya bernama Epifanius dan isterinya Joan. Sejak muda Nicholas sudah tertarik dengan hal-hal religius dan memiliki keinginan yang besar untuk menjadi seorang imam. Ayah dan ibunya mengajarkan kepadanya untuk bersikap murah hati kepada orang lain, terutama kepada mereka yang membutuhkan pertolongan. Dari situ Nikolaus belajar bahwa menolong orang lain menjadikan jiwa bertambah kaya.

Menurut legenda, sejak berumur 5 tahun Nicholas sudah menjalankan puasa pada setiap hari Rabu dan Jumat. Setelah kedua orang tuanya yang kaya-raya meninggal karena wabah penyakit, Nicholas menggunakan seluruh harta warisannya untuk karya amal, terutama untuk menolong para fakir miskin. Ia sendiri kemudian tinggal bersama seorang pamannya, yang juga bernama Nicholas, yang adalah seorang uskup kota Patara. Pamannya inilah yang mendidiknya, lalu mentahbiskannya sebagai seorang imam.

Setelah menjadi imam, Nicholas sempat berziarah ke Tanah Suci Yerusalem. Sekembalinya dari perziarahannya, ia terpilih menjadi uskup kota Myra, ibu kota provinsi Lycia. 

Ketika Uskup Myra wafat, para imam, tokoh-tokoh kota, serta para uskup sekitarnya berkumpul bersama di katedral untuk memilih seorang uskup baru. Mereka berdoa serta memohon kepada Tuhan untuk menunjukkan kepada mereka siapakah yang pantas untuk jabatan itu. Dalam suatu mimpi, Tuhan berfirman kepada salah seorang dari mereka bahwa besok pagi haruslah mereka semua berdoa bersama. Sementara mereka berdoa, seseorang akan masuk lewat pintu katedral. Orang itulah yang harus mereka pilih.

Ternyata Nicolaus yang masuk ke dalam katedral. Penduduk kota segera memilihnya menjadi uskup mereka, karena mereka tahu bahwa orang yang sederhana ini, yang perbuatan baiknya telah mereka kenal, telah dipilih Tuhan untuk membimbing mereka. 

Sebagai Uskup Myra, Nikolaus menjadi semakin lebih sadar akan kebutuhan banyak orang. Ia akan menjelajahi seluruh penjuru kota untuk menawarkan pertolongannya kepada siapa saja yang sedang berada dalam kesulitan, dan kemudian pergi diam-diam tanpa menunggu ucapan terima kasih. Ia tidak ingin menjadi terkenal. Namun demikian, nama baiknya sebagai seorang kudus semakin tersebar dan tersebar, bahkan tersebar hingga ke kota-kota yang jauh yang belum pernah dikunjunginya.

Nikolaus secara istimewa memberi perhatian agar keluarga-keluarga mempunyai makanan yang cukup serta tempat tinggal yang layak, anak-anak tumbuh dan berkembang, para lanjut usia menempuh hidup mereka dengan martabat dan hormat. Nicolaus amat suka pada para pelaut yang hidup penuh bahaya di lautan. Tanpa kapal-kapal mereka, orang banyak di belahan dunia ini tidak memiliki makanan serta barang-barang seperti yang mereka bawa dalam perdagangan mereka.

Uskup Nicolaus merupakan seorang uskup yang sangat saleh, lugu dan penuh semangat. Ia terkenal gigih membela orang-orang miskin dan orang-orang yang tertindas.  Selain itu, Ia juga menjadi terkenal oleh karena mukjizat-mujizat yang dilakukan Tuhan melalui perantaraannya.

Salah satu cerita yang terkenal dari Santo Nicolaus adalah ketika menyelamatkan tiga anak-anak dari sistem perbudakkan serta aksinya yang berkeliling dunia untuk membantu anak kecil yang membutuhkan bantuan dan memberikan mereka hadiah.

Suatu hari, secara kebetulan, Nicolaus mendengar tentang seorang kaya di Myra yang jatuh miskin karena usahanya bangkrut. Bapak itu memiliki tiga orang anak gadis yang cantik, yang sudah cukup usianya untuk menikah. Tetapi ia tidak mempunyai cukup uang untuk menikahkan anak-anak gadisnya. Karena sudah tidak punya uang lagi untuk membeli makanan, ayah yang putus asa itu memutuskan untuk menjual salah seorang anak gadisnya sebagai budak. Setidak-tidaknya anggota keluarga yang lain dapat bertahan hidup, demikian pikirnya.

Malam sebelum anak gadis yang sulung dijual, Nicolaus dengan satu tas kecil berisi emas di tangannya,  mengendap-endap masuk halaman rumah mereka, melemparkan tas yang dibawanya melalui jendela yang terbuka, dan sekejap kemudian menghilang dalam kegelapan malam.  

Keesokan harinya, sang ayah menemukan tas berisi emas tergeletak di lantai dekat tempat tidurnya. Tidak tahu dari mana datangnya. Awalnya dia berpikir kalau emas itu palsu.Tetapi setelah diujinya, ternyata itu benar-benar emas. Sang ayah jatuh bersimpuh dengan air mata mengalir deras membanjiri pipinya. Ia mengucap syukur kepada Tuhan atas anugerah-Nya yang indah ini. Semangatnya bangkit kembali setelah padam sekian lama, karena seseorang secara tak disangka-sangka berbelas kasih kepadanya. Ia mempersiapkan pernikahan putri sulungnya. Masih tersisa cukup uang bagi mereka semua untuk hidup selama hampir setahun.

Namun dengan berakhirnya tahun, keluarga mereka tidak lagi memiliki apa-apa. Sang ayah, kembali putus asa karena tidak menemukan adanya jalan keluar, kemudian memutuskan menjual anak gadisnya yang kedua. Nicolaus kembali mendengar tentang hal ini, datang malam hari dekat jendela rumah mereka dan melemparkan satu tas berisi emas seperti yang ia lakukan sebelumnya. Keesokan harinya sang ayah bersukacita dan bersyukur kepada Tuhan serta memohon pengampunan dari-Nya karena telah berputus asa. Namun demikian, sang ayah tidak tahu orang misterius yang memberi mereka hadiah yang luar biasa ini.

Sejak itu, setiap malam sang ayah selalu mengawasi jendela rumahnya. Tahun berakhir, begitu jugalah uang simpanan mereka. Suatu hari, dalam keheningan malam, ia mendengar langkah orang mengendap-endap dekat rumahnya dan tiba-tiba satu tas berisi emas jatuh ke atas lantai. Sang ayah cepat-cepat bangkit dan lari dan menangkap orang misterius itu. Ia berhasil menangkap dan mengenali Nikolaus, karena pemuda itu berasal dari keluarga terpandang di kota.

“Mengapa engkau memberikan emas kepada kami?” tanya sang ayah.

“Karena Bapak membutuhkannya,” jawab Nikolaus.

“Tetapi mengapa engkau menyembunyikan diri dari kami?”

“Karena memberi itu indah, jika hanya Tuhan saja yang mengetahuinya.”

Santo Nicolas dari Myra tutup usia dengan tenang pada 6 Desember 343 dalam usia 73 tahun di keuskupannya, Myra, dan dimakamkan di katedral kota itu. Sebuah gereja juga dibangun di kota Venesia sebagai tempat penyimpanan sebagian relikwi santo Nikolaus. Gereja tersebut dikenal dengan nama  Gereja  San Nicolò al Lido yang sekarang dikelola oleh para biarawan Fransiskan.

Setelah ia meninggal, kisah tentang kemurah hati Santo Nikolaus dan kisah bagaimana ia menolong tiga orang anak gadis di atas melahirkan tradisi yang melukiskan Santo Nicolaus sebagai penyayang anak-anak tersebar di seluruh dunia dan mulai disebut sebagai “Sinter Klass” di Belanda. Figur yang erat dengan perayaan Natal ini berkembang negara-negara Eropa seperti Jerman, Swiss, dan Belanda, Inggris, sebagai tokoh kake tua dari kutub utara. Kisah tentang Sinterklaas ini kemudian menyebar ke daratan Amerika pada akhir abad ke-18 oleh orang-orang Belanda. Selain itu, Sinterklaas juga membawa serta beberapa pelayan berkulit hitam atau yang lebih terkenal dengan istilah “Piet Hitam” yang bertugas untuk menghukum anak-anak nakal. Tradisi Piet hitam ini juga diambil berdasarkan kisah Santo Nicolaus mengubah beberapa setan hitam menjadi pelayannya dengan tanda salib.

(Dirangkum dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar