7 Desember
Ambrosius lahir
pada tahun 334 di Trier, Jerman dari sebuah keluarga Kristen. Ayahnya menjabat
Gubernur Gaul, dengan wilayah kekuasaannya meliputi: Prancis, Inggris, Spanyol,
Belgia, Jerman, dan Afrika. Keberhasilannya di bidang hukum menarik perhatian
Kaisar Valentinianus; ia kemudian dinobatkan menjadi Gubernur Liguria dan Aemilia,
yang berkedudukan di Milano, Italia Utara.
Ketika
Auxentius, Uskup kota Milan meninggal dunia, terjadilah pertikaian antara
kelompok Kristen dan kelompok penganut ajaran sesat Arianisme. Mereka
berselisih tentang siapa yang akan menjadi uskup yang sekaligus menjadi
pemimpin dan pengawas kota dan keuskupan Milano.
Kaisar
Valentinianus menolak permohonan untuk menentukan bagi mereka calon uskup yang
tepat, supaya pemilihan itu dilangsungkan sesuai dengan kebiasaan yang sudah lazim. Ketika
mereka berkumpul untuk memilih uskup baru, Gubernur Ambrosius
datang ke basilika itu untuk meredakan perselisihan antara mereka. Ia
memberikan pidato pembukaan yang berisi uraian tentang tata tertib yang harus
diikuti. Tiba-tiba terdengar
teriakan seorang anak kecil: "Uskup Ambrosius, Uskup Ambrosius!"
Teriakan anak kecil itu serta-merta meredakan ketegangan mereka. Lalu mereka
secara aklamasi memilih Ambrosius menjadi Uskup Milano. Ambrosius merasa
jabatan uskup itu terlalu mulia dan meminta pertanggungjawaban yang berat.
Tetapi akhirnya atas desakan umat, ia bersedia juga menerima jabatan uskup itu.
Enam hari berturut-turut ia menerima semua
sakramen yang harus diterima oleh seorang uskup. Setelah itu ia ditahbiskan
menjadi uskup dan hidupnya diabdikan kepada kepentingan
umatnya.
Selama 10 tahun,
ia menjadi pembela ulung ajaran iman yang benar menghadapi para penganut Arian. Pertikaian
antara dia dan kaum Arian mencapai klimaksnya pada tahun 385, ketika ia
melarang keluarga kaisar memasuki basilik untuk merayakan upacara sesuai dengan
aturan mereka. Seluruh umat mendukung dia selama krisis itu. Ia dengan tegas
menolak permintaan Yustina, permaisuri kaisar yang menginginkan penyerahan satu
gereja Katolik kepada para penganut Arian.
Terhadap Kaisar
Theodosius yang menumpas pemberontakan dan melakukan pembantaian besar-besaran,
Ambrosius tak segan-segan mengucilkannya dan tidak memperkenankanmya masuk
Gereja. Ia menegaskan bahwa pertobatan di hadapan seluruh umat merupakan syarat
mutlak bagi Theodosius untuk bisa diterima kembali di dalam pangkuan Bunda
Gereja.
Katanya:
"Kalau Yang Mulia mau meneladani perbuatan buruk Raja Daud dalam berdosa,
Yang Mulia juga harus mencontohi dia dengan bertobat" - "Kepala
Negara adalah anggota Gereja, tetapi bukan tuannya." Theodosius, akhirnya dengan
jujur mengakui dosa dan kesalahannya, tak berdaya di hadapan kewibawaan Uskup
Ambrosius. Ia mengatakan: "Ambrosius adalah satu-satunya uskup yang
menurut pendapatku layak memangku jabatan yang mulia ini".
Salah satu
kemenangannya yang terbesar ialah keberhasilannya mempertobatkan Santo
Agustinus. Ambrosius meninggal dunia pada tahun 397 dan digelari Pujangga
Gereja. Ia termasuk salah seorang dari 4 orang Pujangga Gereja yang terkenal di
lingkungan Gereja Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar